Gubernur Sumbar Mahyeldi membenarkan pernyataan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri

Gubernur Sumbar Mahyeldi membenarkan pernyataan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri soal ketiadaan tokoh nasional dari daerahnya. (Foto: CNNIndonesia/Sonya Andomo)

Padang,  Cakrawalasumbar.com, -- Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi membenarkan pernyataan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri soal ketiadaan tokoh nasional dari Minang. 

Sebelumnya, Mega mempertanyakan ketiadaan tokoh Sumbar yang populer di tingkat nasional. Padahal, katanya, Tanah Minang adalah gudangnya tokoh pergerakan kemerdekaan.


"Saya sangat sepakat dengan apa yang disampaikan oleh beliau," kata Mahyeldi kepada CNNIndonesia.com di Istana Gubernuran Sumbar, Jumat (13/8).

Untuk itu, Mahyeldi meminta Megawati, Ketua DPP PDIP Puan Maharani, serta para elite politik lainnya untuk dapat mendorong dan mendukung Sumbar agar kembali seperti sedia kala, yakni memiliki tokoh-tokoh hebat.

"Mohon dukungan kepada Bu Mega dan Mbak Puan, serta para pejabat pusat untuk membantu [Sumbar] agar dapat sebagaimana yang dulu lagi," kata Mahyeldi, yang pada Pilkada Sumbar 2020 diusung oleh PKS dan PPP.

Selain itu, ia meminta dukungan dari pemerintah pusat, terutama dalam penanganan Covid-19. "Untuk itu saya sudah mengundang Bu Mega dan Mbak Puan selaku ketua DPR RI untuk membicarakan hal-hal ini," lanjut Mahyeldi.

Bahkan, pihaknya pun siap membantu pemerintah mewujudkan visi Indonesia 2045.

"Sebagaimana semangat Pak Presiden, tahun 2045, visi 2045, insyaallah saya Gubernur Sumatera Barat akan berusaha melakukan langkah-langkah ke arah itu, mencapai visi di 2045, menjadikan Indonesia ini menjadi salah satu empat negara besar di dunia. Insyaallah Sumbar akan berkontribusi untuk itu," tuturnya.

Cara lainnya, lanjut Mahyeldi, adalah dengan memperkuat peran pemimpin adat Tungku Tigo Sajarangan dan mengikutsertakannya ke dalam sistem pemerintahan daerah.

"Peran Tungku Tigo Sajarangan itu dimaksimalkan dan dikolaborasikan untuk mewujudkan Sumbar yang berjalan sebagaimana mestinya, kita perlu bentuk kepemimpinan yang didukung, didorong, dan dikolaborasikan," sebut dia.


Kuantitas vs Kualitas

Di tempat berbeda, Pengamat Sosial-Politik dari Universitas Andalas Afrizal membenarkan apa yang disampaikan oleh Megawati karena peta politik Indonesia sudah tidak sama lagi dengan era awal kemerdekaan.

"Jika ukurannya itu adalah orang-orang Sumbar yang menduduki posisi puncak elite politik Indonesia, ya memang berkurang. Tetapi tentu pernyataan itu tidak serta merta benar seutuhnya," tegas Afrizal.

Dulu, kata dia, elite politik dipilih berdasarkan intelektualitas dan peran mereka dalam pendirian negara. Namun, hari ini peta politik Indonesia ditentukan oleh jumlah suara dukungan.


Politikus yang berasal dari daerah dengan jumlah penduduk yang lebih banyak akan memperoleh suara lebih banyak pula pada saat pemilihan umum presiden maupun pejabat politis lainnya.

"Alasan itulah yang membuat politisi dari Pulau jawa berpeluang lebih besar untuk menduduki posisi puncak, karena jumlah penduduk di Pulau Jawa jauh lebih banyak dibandingkan daerah lainnya. Namun jika dilihat pada level menengah," sebut Afrizal.

"Sumbar masih banyak menghasilkan tokoh-tokoh hebat di Indonesia, meskipun akan tetap berada pada tingkat menengah itu saja, sehingga hal ini tidak menggambarkan menurunnya kualitas sumber daya manusia," tambahnya.

Soal tudingan Sumbar tidak pancasilais, Afrizal mengatakan Megawati mengukur nilai Pancasila terlalu sederhana.


"Memang ada beberapa kelompok islam konservatif di Sumbar, namun beberapa kelompok itu tentu tidak dapat menginterpretasikan masyarakat Sumbar secara keseluruhan," jelas dia.

Sumber : cnn Indonesia

Posting Komentar

0 Komentar